Raihan Terpaksa Mengubur Mimpi, Akibat Terbentur Ekonomi
REPUBLIKPOST.COM, KALIMANTAN SELATAN – Seorang anak lelaki berusia 11 tahun, Raihan terpaksa harus mengubur mimpinya dalam-dalam. Padahal, seperti kebanyakan anak-anak lain, Raihan mestinya mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas, agar bisa menggapai asa dan cita-cita yang dimiliki. Namun, lantaran terbentur permasalah ekonomi dirinya pun terpaksa harus putus sekolah.
Jauh sebelum dirinya, rupanya tiga saudara Raihan juga telah lebih dulu mengurungkan mimpi menamatkan bangku pendidikan formal. Alasannya pun sama, faktor ekonomi. Raihan bilang terkadang untuk sekadar makan saja mereka harus memutar otak.
Semenjak itu pun kini dirinya harus bekerja sebagai penjual kertas doa di sekitaran Kota Banjarmasin. Semua dilakukan tak lain untuk membantu menambah pemasukan keluarga dalam memenuhi kebutuhan harian.
Penghasilannya juga tak terbilang banyak hanya berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu. Bahkan, tak jarang ia harus pulang dengan tangan hampa, pasalnya tidak satu pun dagangannya terjual. Sementara, untuk modal setiap kali berjualan dirinya harus merogoh kocek hingga Rp 12 ribu.
Dengan polosnya, Raihan mengaku tetap bersyukur dan berpikir positif meski tak mendapatkan seperes uang. Menurutnya, kurangnya peminat terhadap dagangannya turut dipengaruhi faktor cuaca yang belakangan kerap turun hujan.
Sesekali, ia juga berkeluh kesah tentang keinginannya agar tetap bisa melanjutkan sekolah. Permintaannya pun tak muluk-muluk, hanya sebatas ingin fasih membaca maupun menulis seperti teman-teman sebayanya.
“Raihan ingin sekali bersekolah, supaya bisa membaca dan menulis seperti teman-teman Raihan lainnya,” kata Raihan saat disambangi belum lama ini.
Raihan tetap tersenyum meski terpaksa menyudahi pendidikannya, akibat terbentur ekonomi. Foto/Istimewa |
Dengan pendapatan tak menentu, Raihan bersama orang tua dan ketiga kakaknya pun kini harus menempati rumah kontrakan berukuran 3 x 5 meter. Pelik kian terasa, tatkala keluarga mereka masih belum mampu membayar biaya sewa hunian yang berada di kawasan Pemurus Dalam, Kota Banjarmasin itu.
Masalah pun terasa kian bertambah berat bagi keluarga Raihan, pasalnya sang Ibunda diketahui mengalami mengidap penyakit gula darah dan sempat menjalani operasi akibat terlibat kecelakaan. Sejak itu, Ibunda Raihan tak lagi mampu banyak melakukan aktivitas berat dan hanya bisa menghabiskan sebagian waktu di rumah.
Meski begitu, Ibunda Raihan tetap memberikan petuah kepada seluruh buah hatinya agar menolak sikap meminta-minta karena merasa serba kekurangan. Sebaliknya, ia justru mendorong kuat Raihan beserta ketiga saudaranya melakoni pekerjaan yang halal, sembari menyisihkan pendapatan untuk kembali mengejar mimpi yang saat ini terkubur.
“Yang penting tidak meminta-minta. Meski keadaan kami juga serba sulit,” kata Ibunda Raihan, Wahidah.
Kondisi memprihatikan yang dialami keluarga Raihan ini lantas memantik empati dari Tim Aksi Cepat Tanggap Kalimantan Selatan (ACT Kalsel). Tanpa menunggu lama, organisasi kemanusiaan itu langsung menyalurkan bantuan guna meringankan beban yang dialami keluarga tersebut.
“Alhamdulillah, kami dapat memberikan bantuan sembako untuk Raihan sekeluarga,” tutur Tim Program ACT Kalsel, Ratih Ayu.
Tim ACT Kalsel saat menyambangi kediaman Raihan. Foto/Istimewa |
Ratih pun berharap, setelah kunjungan pihaknya, banyak dari para dermawan yang terketuk hatinya untuk mengulurkan bantuan dalam mewujudkan impian Raihan agar bisa kembali bersekolah.
“Semoga banyak pihak yang ingin membantu, karena Raihan memiliki semangat dan tekad kuat untuk sekolah,” tambahnya. (rp)
Posting Komentar untuk "Raihan Terpaksa Mengubur Mimpi, Akibat Terbentur Ekonomi"